Kamis, 18 Februari 2016

Aquaponik Vertiminaponik

VERTIMINAPONIK : Menyederhanakan Teknologi Modern untuk Memodernkan Teknologi Pertanian Perkotaan
Budidaya pertanian di pekarangan khususnya di perkotaan, memiliki karakteristik yang khas. Kekhasan tersebut diantaranya adalah memiliki luasan sempit hingga sangat sempit. Oleh sebab itu, optimasi pemanfaatan pekarangan dalam budidaya tanaman dan sumber bahan pangan di perkotaan sangat perlu dilakukan.
Salah satu strategi optimasi pemanfaatan pekarangan adalah melalui sistem budidaya tanaman yang dipadukan dengan budidaya ikan atau disebut vertiminaponik. Vertiminaponik adalah sistem yang memodifikasi sistem aquaponik sehingga cocok dengan kondisi perkotaan untuk mendukung pembangunan pertanian perkotaan. Pada sistem ini, dengan luasan lahan yang sama maka akan dapat dihasilkan dua komoditas sekaligus, yakni sayuran dan ikan. Budidaya sayuran, secara langsung akan didukung oleh sistem di bawahnya (ikan) yang menghasilkan sisa pakan dan kotoran ikan yang mengandung hara konsentrasi tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman di atasnya. Sementara itu, media tanam dan tanaman yang berada di atasnya akan menyaring air dan mempertahankan kualitas air yang berada di bawahnya. Kondisi tersebut menyebabkan kualitas air kolam akan tetap baik, bebas dari sisa pakan dan kotoran ikan, sehingga akan mendorong pertumbuhan ikan menjadi baik.
Dan, pada Hari Jumat tanggal 30 Agustus 2013 di tengah-tengah Pameran Research Innovation and Technology (Ritech) Expo dalam rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 18 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Vertiminaponik mencuri perhatian masyarakat luas yang berkunjung ke arena expo. Tentu saja sangat menarik. Di tengah-tengah deretan teknologi persenjataan, teknologi pesawat dan teknologi modern lainnya yang dipajang, tiba-tiba terselip teknologi yang hijau dan menyegarkan.
Antusias masyarakatpun semakin nyata ketika Dr. Yudi Sastro melakukan demo sekaligus menjelaskan secara rinci apa itu teknologi vertiminaponik. Sebelum menjawab berbagai pertanyaan dari audience mengenai teknis teknologi, Dr. Yudi Sastro menjelaskan bahwa Balai Pengakjian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta sebagai bagian dari Badan Litbang Pertanian sangat concern pada pembangunan pertanian perkotaan. Sebagai salah satu usaha menuju itu, BPTP Jakarta telah mencoba dan menghasilkan teknologi aquaponik berskala yang kecil dan cocok untuk skala rumah tangga, sehingga masyarakat perkotaan bisa berbudidaya tanaman sayuran di pekarangan sempit sekaligus berbudidaya ikan.
Ketika ditanya oleh salah satu audience tentang ikan apa saja yang bisa dipelihara melalui teknologi vertiminaponik, Dr Yudi Sastro mengatakan bahwa ikannya bisa semua ikan tawar bisa dibudidayakan, terutama yang tidak membutuhkan kesediaan oksigen dalam air yang tinggi seperti lele, bawal, patin, nila dan lain sebagainya. dan semua ikan tawar bisa bisa dibudidayakan.
Menjawab pertanyaan lain mengenai kapasitas teknologi, beliau menjelaskan bahwa didalam bentuk yang portable ini, sayuran dan ikan yang dihasilkan cukup banyak. Satu tangki air (toren 500 L) dapat diisi ikan nila atau bawal sampai 200 ekor, sedangkan lele sekitar 300 ekor dengan jumlah produksi akhir sekira 17 kg. Di atas tangki dapat disimpan 8 talang air yang ditanami empat jenis sayur yang berbeda. Untuk setiap satu talang (panjang 1 meter) yang ditanamai sayuran sawi dapat menghasilkan 0,6 kg sawi. Begitupun apabila ditanami selada dapat menghasilkan sekira 0,6 kg selada. Sedangkan apabila ditanamai kangkung dan bayam dapat menghasilkan masing-masing seberat 1kg dan 0,8 kg.
"Terus secara nilai ekonomis bagaimana? tanya auidience yang lainnya. Sembari tersenyum peneliti muda BPTP Jakarta itu menjelaskan bahwa ini adalah cara berbudidaya organik yang ramah lingkungan bebas pestisida. Kita tidak perlu memupuk dan mengaplikasikan bahan kimia sehingga kita menghasilkan tanaman yang sehat dan siap dimakan dimana saja. Berapa manfaat untuk lingkungan saja tak terhitung, terus kita semua pasti mtahu bahwa sayuran organik sangat mahal kan. Jadi jelas secara ekonomi sangat menguntungkan asal tidak dipandang dari perspektif yang sempit dan menyamaratakan bahwa haraga kangkung kan hanya sekitar 2000 rupiah saja misalnya, melainkan harus dipandang melalui perspektif yang lebih luas.
Terkait modal pembuatannya? untuk menjawab pertanyaan auidence yang satu ini, beliau menjelaskan bahwa sebenanarnya teknologi ini dapat disesuaikan dengan isi kantong masing-masing. Sebagai contoh, BPTP Jakarta menggunakan toren atau penampung air yang baru yang bermerek terkenal sehingga harganya cukup mahala. Dihitung-hitung untuk membuat vertiminaponik yang ditampilkan di expo dapat mencapai 2 juta sampai 2,5 juta. namun tentu saja itu bisa lebih murah lagi apabila misalnya digunakan drum bekas, talang bekas. selain itu, misalnya, batu zeolit yang digunakan oleh BPTP Jakarta sebagai sistem penyaringan air bisa diganti menjadi batu kerikil saja. itupun tak mengapa dan dapat membuat harga moal pembuatan menjadi jauh lebih murah.
Terakhir, untuk menjawab pertanyaan dari pembawa acara mengenai kenapa teknologi ini layak untuk dikembangkan di perkotaan yang belum disebutkan sebelumnya, pria ganteng beranak tiga itu menjawab bahwa orang perkotaan yang punya waktu sempit. akan sangat terbantu dengan teknologi ini, tinggal nyalakan listriknya tidak perlu memikirkan penyiramannya dan pemupukannya. tinggal tunggu waktu panen saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar